Salah satu fakta kehidupan yang tak terhindarkan adalah bahwa setiap orang melakukan kesalahan. Bagaimana individu menangani kesalahan itu penting bagi harga diri mereka.

Anak-anak dengan harga diri tinggi tampak jauh lebih baik dalam mengatasi kesalahan mereka.

Menyaksikan anak-anak dengan persepsi diri yang positif menghadapi kesalahan selalu merupakan pemandangan yang luar biasa. Mereka menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan mengakui kesalahannya. Yang terpenting, anak-anak ini juga menyusun strategi untuk mengubah kesalahan dan tidak melakukan hal yang sama lagi. Apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah belajar dari kesalahan mereka.

Proses melakukan dan belajar dari kesalahan adalah keterampilan hidup yang sangat berharga karena belajar melibatkan risiko. Setiap kali anak mengambil risiko, mereka tidak akan selalu benar. Tetapi, karena mereka sudah mencoba sesuatu yang baru, selalu ada kemungkinan mereka akan berhasil. Setiap kesuksesan baru meningkatkan harga diri. Setiap pengalaman yang meningkatkan harga diri memicu keinginan mereka untuk mencoba lagi… dan lagi… dan lagi.

Anak-anak dengan harga diri rendah menghadapi kesalahan yang diperbuat, sangat berbeda.

Anak-anak ini menggunakan pengalaman itu untuk merendahkan diri mereka sendiri. “Lihat, sudah kubilang aku tidak bisa melakukan apa pun dengan benar!” adalah cara anak-anak dengan harga diri rendah merespons. Alih-alih melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, anak-anak ini menafsirkan pengalaman tersebut sebagai alasan untuk berhenti dan “tidak pernah melakukannya lagi”. Pengalaman itu tentu saja tidak meningkatkan diri tetapi sebaliknya, itu merendahkan diri sendiri.

Sebenarnya, anak-anak ini bisa belajar dari pengalaman mereka. Jika anak-anak ini tahu, “Tidak apa-apa melakukan kesalahan… kesalahan adalah cara Anda belajar”. Anda dapat membantu anak Anda mengatasi kesalahan dengan menawarkan strategi untuk mengubah kesalahan menjadi kesempatan belajar. Dalam prosesnya, Anda dapat memberi anak Anda kesempatan untuk meningkatkan harga dirinya.

Ada banyak cara orang tua dapat membantu menghapus gagasan bahwa “kesalahan itu buruk”. Ingatlah bahwa mengubah perilaku membutuhkan waktu dan konsistensi. Terakhir, ingatlah bahwa cara Anda menghadapi kesalahan adalah pelajaran paling penting yang dapat dipelajari anak Anda tentang masalah ini.

Berikut adalah beberapa saran untuk membantu anak Anda menghilangkan rasa takut melakukan kesalahan:

  • Melakukan Kesalahan “OK”
    Beri tahu Anak Anda, “Tidak apa-apa melakukan kesalahan.” Terlalu banyak anak yang menderita perfeksionisme. Mereka berusaha menjadi sempurna. Ketika kesalahan terjadi (seperti yang terjadi dari waktu ke waktu), anak itu hancur dan menafsirkannya sebagai “tidak layak”. Sesekali, beritahu anak Anda, “Tidak apa-apa melakukan kesalahan. Itu terjadi pada kita semua.”
     
  • Akui Kesalahan Anda Sendiri
    Penting bagi orang tua untuk mengakui bahwa mereka melakukan kesalahan. Anak-anak melihat Anda sebagai “yang maha kuasa dan maha tahu”. Jelas, orang tua memang melakukan kesalahan, tetapi, sering kali, mereka menyimpannya sendiri. Beritahu anak Anda kesalahan yang Anda buat baru-baru ini. Diskusikan kesalahan yang Anda ingat dan pernah Anda lakukan sewaktu anak-anak.
     
  • Model Membalikkan Kesalahan Anda
    Memang orang tua pernah melakukan kesalahan, tetapi individu berprestasi belajar dari kesalahan mereka. Saat Anda mengakui kesalahan Anda, ingatlah untuk memberitahu anak Anda apa yang akan Anda lakukan secara berbeda di lain waktu. Anda bisa berkata, “Saya melakukan  kesalahan… dan inilah yang akan saya lakukan….”
     
  • Bantu Anak Anda Belajar Self-Talk Positif
    Jika Anda melihat anak Anda sangat tegang dan khawatir melakukan kesalahan, bantu dia belajar mengatakan di dalam kepalanya pernyataan yang positif dan tegas seperti “Saya tenang dan terkendali” atau “Saya akan mencoba yang terbaik.” Semakin banyak anak Anda mengatakan pernyataan itu, semakin dia akan mulai mempercayainya.
     
  • Bantu Anak Anda Melabeli Kesalahan sebagai Masalah, Bukan Dirinya Sendiri
    Seringkali, bagian yang paling merendahkan diri dari melakukan kesalahan bukanlah kesalahannya, tetapi bagaimana anak memilih untuk menafsirkan kesalahan tersebut. Bantu anak Anda untuk mengakui bahwa dia melakukan kesalahan (“Saya melakukan kesalahan yang satu ini”) dan kemudian bantu dia untuk melabeli kesalahan tersebut sebagai masalahnya dan bukan dirinya sendiri misalnya “Saya lupa ibukota Sulawesi Selatan”.
     
  • Rencanakan Strategi untuk Waktu Berikutnya
    Setelah anak Anda dapat mengakui kesalahannya dan melabeli ulang kesalahan tersebut sebagai kesalahan (bukan dirinya sendiri), langkah terakhir adalah mengembangkan rencana untuk lain kali, “Inilah yang akan saya lakukan secara berbeda lain kali. Saya akan mempelajari ibu kota sepuluh menit semalam selama dua minggu ke depan”.
      
  • Bagikan Kesalahan Orang Terkenal
    Setiap kali ada kesempatan, tunjukkan kesalahan yang dibuat oleh orang terkenal sehingga anak Anda mengenali kesalahan yang terjadi pada semua orang. Anda dapat mencari sumber dari buku-buku bagus dan surat kabar yang selalu memiliki ide-ide segar.

Berikut adalah beberapa contoh yang dapat Anda gunakan:

  • Wright Brothers
    Dua bersaudara ini adalah penemu pesawat terbang. Butuh tujuh puluh kali untuk mengeluarkan Kitty Hawk dari tanah (berhasil terbang).
     
  • Babe Ruth
    Pemain baseball legend banyak mengalami kegagalan daripada keberhasilan. Namun dia berhasil melakukan pukulan home run 714 kali, 342 hits, dan 2.214 run batted in.
     
  • Michael Jordan
    Dikeluarkan dari tim bola basket sekolah menengahnya. Sekarang menjadi pemain basketball terkenal di dunia.
     
  • Walt Disney
    Editor koran tempatnya bekerja pernah berkata kalau sang kartunis tidak cukup kreatif. Dia dipecat karena kurang imajinasi dan miskin ide-ide menarik. Ditolak 300 kali ketika merintis bisnisnya. Berpengaruh dalam dunia hiburan dan sebagai produser film terkenal di dunia.
     
  • Woodrow Wilson
    Dia adalah presiden Amerika Serikat yang ke-28. Lahir dari keluarga miskin, tak hanya itu ia juga tidak bisa membaca di usia 10 tahun, mengalami disleksia. Kuliah di bidang hukum dan menjadi pengajar di beberapa universitas di Amerika.
     
  • Albert Einstein
    Terlambat berbicara saat kecil, ranking terbawah di kelasnya, dikatakan bodoh dengan intelegensi rendah oleh gurunya. Fisikawan yang sangat berpengaruh di abad 20, temuan-temuannya sampai saat ini masih digunakan.
     
  • Wilma Rudolph
    Terkena polio, pneumonia, serta pernah menderita demam scarlet saat masih anak-anak. Semua penyakit ini berkontribusi pada kakinya yang kurang sempurna sehingga orang yakin hal itu akan menyulitkannya untuk berjalan. Dia dinobatkan sebagai “Wanita Tercepat di Dunia” pada zamannya.