Ajari anak-anak Anda untuk tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, tetapi Anda mengetahui kapan harus membiarkan mereka menyerah.

Ketekunan sering membuat perbedaan kritikal antara apakah anak-anak berhasil atau gagal. Akankah mereka memiliki keteguhan hati untuk terus bertahan atau terpengaruh untuk menyerah, tidak mau memberikan yang terbaik?

Anak-anak yang belajar bangkit kembali dan tidak membiarkan kemunduran menjatuhkan mereka, telah memperoleh keterampilan yang berharga untuk hidup. Jika anak-anak kita ingin berhasil dalam dunia yang penuh persaingan ini, mereka harus belajar bertahan dan tidak menyerah.

Penelitian menunjukkan orang tua dapat membangun “Keteguhan Hati” dengan menerapkan strategi yang sederhana.

Kiat untuk Memelihara Keteguhan Hati

  • Temukan aktivitas yang tepat yang membuat anak Anda tertarik
    Dengarkan anak Anda dan temukan minat, hasrat, atau bakat alaminya. Jika dia suka menggambar pertimbangkan pelajaran seni; jika dia suka mendengarkan musik, cobalah piano atau biola. Minta masukan dari guru atau orang dewasa lainnya. Triknya adalah mengukur minat anak Anda pada olahraga, pelajaran, atau aktivitas, sebelum Anda mulai.
    Ingat, apa yang cocok untuk anak tertua Anda mungkin tidak cocok untuk anak kedua Anda. Temukan apa yang membuat anak Anda bersemangat sehingga dapat menimbulkan hasratnya.
     
  • Mulailah dengan ekspektasi yang tepat
    Orang tua yang ingin anak-anak mereka tetap mengutamakan tugas, atur ekspektasi yang tepat.

Berikut ada 5 Faktor yang perlu dipertimbangkan:

  1. Faktor anak
    Apakah yang Anda harapkan adalah sesuatu yang diminati anak Anda atau menunjukkan bakatnya, atau apakah itu sesuatu yang lebih Anda inginkan untuk diri Anda sendiri? Siapa pendorong dan siapa yang didorong?
  2.  Faktor waktu
    Apakah anak Anda memiliki cukup waktu yang dapat dicurahkan untuk berlatih? Hati-hati jangan membebani. Banyak remaja ingin berhenti jika tidak ada cukup waktu untuk berteman.
    Sebuah studi University of Maryland menemukan bahwa selama 20 tahun terakhir jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak berusia 9 hingga 12 tahun untuk berpartisipasi dalam olahraga terstruktur telah meningkat sebesar 35 persen.
  3.  Faktor tantangan
    Apakah perkembangan anak Anda siap untuk tugas yang Anda harapkan, atau apakah Anda mendorongnya melebihi jadwal internalnya? Harapan terbaik adalah realistis dan “satu langkah lebih jauh.”
  4.  Faktor guru atau pelatih
    Apakah pelatih atau guru terampil dan menyesuaikan diri dengan anak-anak? Studi Benjamin Bloom terhadap 120 individu yang sangat berbakat (dan sukses) (dalam bidang-bidang seperti sains, renang, seni, dan musik) mereka sangat kritis dalam menemukan guru pertama.
  5. Faktor kelayakan
    Apakah komitmen kegiatan ini sepadan dengan waktu, keuangan, dan energi untuk anak Anda dan keluarga Anda?
  • Jadilah panutan yang baik
    Tunjukkan kepada anak-anak Anda bagaimana Anda tidak menyerah pada tugas bahkan ketika menghadapi kesulitan. Sebelum memulai tugas baru, pastikan anak Anda mendengar Anda berkata, “Saya akan bertahan, sampai saya berhasil.” Memodelkan sifat selalu menjadi metode pengajaran yang utama, jadi tingkatkan ketekunan dalam perilaku Anda secara sadar.
    Ciptakan motto keluarga terkait ketekunan seperti: “Pemenang tidak pernah berhenti, orang yang menyerah tidak pernah menang”, “Kami menyelesaikan apa yang kami mulai”, atau “The Smith’s don’t give up!” Ketika Anda hidup dengan motto komitmen keluarga, anak-anak Anda akan lebih cenderung menggunakannya saat menghadapi tantangan dan kecil kemungkinannya untuk berhenti.
     
  • Tetapkan “Aturan Tanpa Berhenti”
    Supaya adil terhadap anak Anda, perjelas sejak awal tentang tingkat komitmen yang Anda harapkan. Pastikan dia tahu apa yang dia hadapi, untuk berapa lama (untuk musim, tahun) dan memahami bahwa begitu dia berkomitmen (pada tim, instrumen, proyek, kelas), tidak ada kata menyerah kecuali misalnya mengalami patah tulang atau permasalahan dengan pelatih.
    Banyak orang tua meminta anak-anak mereka yang sudah agak besar untuk menandatangani “Perjanjian Komitmen”, dan kemudian menggantungnya di pintu kulkas sehingga dia mengerti bahwa menyerah pada aktivitas yang Anda tetapkan bukanlah suatu pilihan dan “tidak dapat dinegosiasikan.”
     
  • Tanamkan “Growth Mindset”
    Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang gigih dan berprestasi menyadari bahwa kesuksesan datang dari kerja keras dan latihan, bukan keberuntungan, uang, atau genetika. Bahkan, jika anak-anak percaya bahwa kinerja adalah karena usaha, mereka akan cenderung tidak menyerah dan akan bekerja lebih keras ketika menghadapi kesulitan.
    Gunakan contoh nyata orang-orang seperti Michael Chang, Susi Susanti, Jerry Rice, Pele, Cristiano Ronaldo, dan lainnya – yang mencapai puncak karena berjam-jam latihan.
    Ajari anak Anda Aturan 10.000 Jam: “Tahukah Anda bahwa penelitian menemukan bahwa artis, musisi, perenang, dan skater terbaik berlatih setidaknya 10.000 jam, atau 10 tahun, untuk mencapai kesuksesan mereka? Kesuksesan adalah soal seberapa keras Anda bekerja.”
     
  • Pujian atas usaha
    Penelitian Carol Dweck dari Columbia University menemukan bahwa jenis kata yang kita ucapkan bisa meningkatkan atau mematahkan ketekunan anak-anak Anda. Kuncinya adalah menekankan upaya dan pekerjaan anak Anda dan bukan produk akhir (seperti nilai, skor, atau kemampuan mereka).
    Pujilah saat anak Anda mendapatkan penghargaan, tetapi fokuslah pada usaha mereka saat dia mengalami kesuksesan.
    Alih-alih: “Berapa nilaimu?” Katakan: “Kamu bekerja sangat keras!”
    Alih-alih: “Kamu sangat pintar!” Katakan: “Kamu meningkat karena kamu berusaha keras.”
    Alih-alih: “Berapa banyak gol yang kamu dapatkan?” Katakan: “Teruskan! Semua latihan itu, akan terbayar!”