Tujuh cara sederhana untuk meningkatkan rasa syukur pada anak-anak dan membantu mereka belajar menghitung berkah mereka 365 hari setahun!
Mari kita mulai dengan Pemeriksaan Kenyataan
Para peneliti melihat peningkatan yang meresahkan pada anak-anak yang terlalu manja, terlalu tidak menghargai, kurang berempati, terlalu egois, dan tidak bersyukur atas semua hal baik yang ditawarkan kehidupan.
Apakah Anda melihat trend itu? Jika demikian, kita hanya menyalahkan diri kita sendiri. “Manja, egois, dan materialistis” adalah perilaku yang dipelajari dan tidak tertanam dalam DNA anak-anak kita.
Tentu saja, kita ingin anak-anak kita bahagia, namun pernahkah Anda memperhatikan bahwa terkadang niat terbaik kita menjadi bumerang? Alih-alih anak-anak kita bersyukur atas apa yang diberikan kepada mereka, mereka malah kecewa atau sepertinya selalu menginginkan “lebih?”
Sejujurnya, ada sejumlah faktor yang membatasi anak-anak kita untuk menghargai hal-hal baik dalam hidup.
~ Konsumsi media tanpa henti yang mendorong anak-anak untuk berpikir bahwa mereka membutuhkan lebih banyak dan gaya hidup serba cepat yang menyisakan sedikit waktu untuk membantu anak-anak menghitung berkah yang mereka miliki.
~ Terkadang dampak yang luar biasa dari semua berita meresahkan yang terus-menerus berfokus pada bagian-bagian buruk dalam hidup alih-alih membantu anak-anak (dan kita) menghargai hal-hal baik.
~ Rasa bersalah kita sebagai orang tua karena tidak ada di rumah atau “melakukan cukup banyak hal” untuk anak-anak kita muncul.
~ Kesalahpahaman bahwa mengabulkan keinginan anak-anak kita adalah hal yang membuat mereka lebih bahagia dan secara langsung membantah penelitian tersebut.
~ Lalu ada naluri kompetitif yang memaksa kita untuk mengikuti perkembangan, jadi kita melimpahkan kepada anak-anak kita segala sesuatu yang terbaru dan terbaik.
Apa pun penyebab kurangnya penghargaan, ada satu alasan penting mengapa kita harus berubah demi anak-anak kita.
Pemeriksaan Kenyataan
Penelitian menarik kini membuktikan bahwa anak-anak yang paling bahagia dan paling berempati adalah mereka yang merasakan penghargaan terhadap kehidupan, terlepas dari kekayaan atau keadaan pribadi mereka.
Penelitian juga menunjukkan bahwa karena anak-anak merasa bersyukur, mereka sebenarnya lebih gembira, tekun, optimis, tangguh, berkurang stressnya, dan bahkan lebih sehat.
Jika Anda berharap anak Anda dapat mencapai sifat-sifat penting tersebut (dan apa yang tidak dimiliki orang tua), maka Anda harus mengganti tanda-tanda sikap tidak berterima kasih dengan rasa syukur.
Ada strategi sederhana yang terbukti dapat mewujudkan perubahan tersebut pada anak Anda.
Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan Sikap Bersyukur pada anak-anak kita 365 hari setahun.
7 Cara Sederhana Meningkatkan Rasa Syukur Anak 365 Hari Setahun
- 1. Teladan Syukur
Anak-anak belajar bersyukur dengan melihat orang lain menunjukkan penghargaan dalam momen sehari-hari yang tidak direncanakan.
– Seberapa sering anak Anda melihat Anda menyampaikan penghargaan melalui pelukan, kata-kata, atau catatan kecil kepada orang lain?
– Seberapa sering Anda memberitahu anak Anda betapa Anda menghargai mereka?
– Seberapa sering Anda mengingatkan anak Anda betapa Anda menghargai rasa syukur?
Sesuaikan Sikap Bersyukur Anda sehingga anak-anak Anda cenderung meniru teladan Anda. Cara tercepat untuk meningkatkan karakter juga melalui keteladanan.
Salah satu cara paling sederhana untuk membantu anak belajar mengungkapkan rasa syukurnya adalah dengan menonton dan meniru.
Jadi, kapan pun Anda berterima kasih kepada seseorang, gunakan tiga langkah berikut untuk mengungkapkan rasa terima kasih Anda: - Langkah 1: Beritahu orang tersebut apa yang telah mereka lakukan dan Anda syukuri (“Terima kasih telah membantu saya memasak makanan”)
- Langkah 2: Nyatakan upaya yang diperlukan orang tersebut untuk melakukan hal ini (“Saya tahu ini menyita waktu Anda sehingga harus menjadwal ulang untuk saya”)
- Langkah 3: Jelaskan bagaimana perasaan Anda (“Saya sangat menghargai usaha Anda dan merasa senang”)
2. Tetapkan Batasan
Memiliki “terlalu banyak” akan mematikan apresiasi. Penelitian baru menunjukkan bahwa kekayaan sebenarnya dapat mengurangi empati. Alasannya? Ketika kekayaan kita bertambah, kebutuhan kita akan manusia berkurang.
Nicholas Kristof menyatakan dalam blognya, “Bagaimana Kita Meningkatkan Empati” bahwa detak jantung subjek penelitian yang lebih kaya tidak terlalu terpengaruh ketika mereka menonton video anak-anak penderita kanker. Dan 20 persen orang Amerika menyumbang jauh lebih sedikit untuk amal dibandingkan mereka yang memiliki kekayaan lebih sedikit.
Jadi lawanlah kecenderungan untuk memanjakan anak Anda dengan terlalu banyak hal. Tetapkan batasan!
Selalu memberikan apa yang diinginkan anak tidak membantu anak belajar bersyukur dan menghargai apa yang mereka miliki. Dan semua pemberian itu bisa mengurangi empati.
3. Ucapkan Terima Kasih kepada Anak Anda
Jangan mengabaikan tindakan bijaksana anak-anak Anda sehari-hari. Pastikan untuk memberitahu mereka apa yang mereka lakukan dan Anda hargai sehingga mereka cenderung meniru teladan Anda dan mengirimkan “Pesan Apresiasi” mereka kepada orang lain.
4. Kenalkan Anak pada Masyarakat Kurang Beruntung
Pengalaman tatap muka dapat sangat membantu anak-anak menghargai berkah yang mereka peroleh.
Jadi temukan cara bagi Anda dan anak Anda untuk melakukan kegiatan amal, misalnya bermain dengan anak-anak di tempat penampungan tunawisma, membacakan buku untuk orang buta, menghibur anak-anak di panti asuhan dan panti jompo, atau mengantarkan makanan untuk mereka yang terbaring di tempat tidur.
Pertimbangkan proyek pelayanan sederhana yang berkelanjutan untuk dilakukan bersama oleh seluruh keluarga Anda. Pastikan Anda menemukan yang mendukung minat dan kekuatan anak Anda.
Semakin banyak anak mempraktikkan rasa syukur, semakin besar peluang mereka untuk menerapkannya sebagai kebiasaan dan sikap hidup.
5. Harapkan Anak Anda Mengucapkan “Terima Kasih”
Orang tua yang membesarkan anak-anak yang bersyukur tidak melakukannya secara kebetulan. Mereka mengharapkan anak-anak mereka untuk menghargai dan mengatakan, “terima kasih” diperlukan sejak anak-anak mereka belajar berbicara.
Ingatlah bahwa anak-anak mungkin memerlukan pengingat terus-menerus: “Apakah kamu ingat untuk berterima kasih kepada ibu ….?” Jangan abaikan kesalahan mereka: “Anda dapat menelepon untuk mengucapkan terima kasih ketika Anda sampai di rumah.”
Dan juga luangkan beberapa menit untuk membantu anak Anda merenungkan mengapa mereka menghargai.
6. Pahami Emosi di Balik Gestur tersebut
Pelajaran yang sulit untuk dipelajari anak-anak adalah bahwa mereka benar-benar berterima kasih kepada orang tersebut bukan atas hadiahnya, melainkan atas perhatian di baliknya.
Perkuat terus pemikiran yang masuk ke dalam perbuatan. Berlatihlah dengan anak Anda sebelum ulang tahun, reuni keluarga, hari libur atau acara apa pun di mana anak Anda mungkin menerima hadiah. Bantu dia belajar bagaimana menghargai. Misalnya, mencari hadiah yang disukai dan cocok untuk keluarga atau teman yang berulangtahun sebagai bukti perhatian.
7. Ajari Anak untuk “Menghitung Berkatnya”
Rasa syukur tidak dipelajari dari ceramah tetapi dari rutinitas. Biasakan membantu anak Anda menerapkan Sikap Bersyukur dan menghargai nasib mereka di dalam keluarga. Tentu saja, Anda dapat mengucapkan doa syukur bersama-sama sebelum makan, namun perluas kebiasaan tersebut sehingga anak-anak Anda belajar menghitung berkat yang mereka peroleh setiap hari dan merenungkan hal-hal baik dalam hidup mereka.
Berikut beberapa idenya:
~ Tinjau hal-hal yang baik
Bantu anak Anda “Menghitung Berkatnya” setiap malam hanya dengan meninjau kembali semua hal yang mereka syukuri. Anak-anak kita dihadapkan pada begitu banyak malapetaka dan kesuraman dalam hidup. Mari kita bantu anak-anak kita merenungkan hal-hal baik yang sederhana dan menakjubkan dalam hidup kita yang sering kali kita anggap remeh. Anda bahkan mungkin bisa menggunting berita baik pada surat kabar tentang “Kabar Baik” yang dilakukan orang lain untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan membagikannya kepada anak-anak Anda.
~ Ucapkan “Terima kasih ABC”
Ini bagus untuk dilakukan anak kecil di meja makan. Anda dan anak-anak Anda mengucapkan alfabet bersama-sama, tetapi untuk setiap huruf sertakan sesuatu yang Anda syukuri, misalnya: A, Bibi Helen; B, saudaraku; C, kucingku dan seterusnya. Kemudian tingkatkan dengan meminta orang tersebut menjelaskan mengapa dia bersyukur.
Keluarga dengan anak-anak kecil jarang melampaui H, namun intinya adalah Anda bersenang-senang bersama, dan anak-anak Anda juga belajar untuk menghargai. Anak-anak yang lebih besar dapat mengungkapkan satu hal yang mereka syukuri atas hal yang terjadi pada mereka sepanjang hari, dan kemudian menjelaskan “mengapa”.
~ Ucapkan “Terima kasih”
Ucapkan doa syukur bersama sebelum makan. Beberapa keluarga bergiliran sehingga setiap malam anggotanya yang berbeda memimpin doa syukur.
~ Ciptakan Berkah Keluarga Sebelum Tidur
Setiap anak bertukar pesan penghargaan satu sama lain, diikuti dengan pelukan dan ciuman selamat malam.
Nikmati hari-hari berikutnya bersama keluarga dan waktu Anda bersama. Jangan lupa untuk berhenti sejenak dan menghitung berkat-berkat Anda bersama-sama dan meninjau kembali semua hal-baik besar maupun kecil yang Anda syukuri. Lagi pula, bukankah itu yang dimaksud dengan keluarga?
Apa yang Anda lakukan untuk membantu anak Anda mempelajari Sikap Bersyukur?
Bagaimanapun juga, salah satu cara paling sederhana untuk menciptakan dunia yang lebih ramah dan bahagia adalah dengan menumbuhkan kebaikan dan rasa syukur pada anak-anak kita. Ayo mari kita bersatu membesarkan anak-anak yang bersyukur!